Renungan Harian Kristen Singkat

Iman bahwa Kita sudah Bebas dari Semua Kutuk


Renungan Kristen : Sekedar Berbagi Renungan Kristen

14. Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut;
15. dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.(Ibrani 2 : 14-15)

30. Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.(Yohanes 19 : 30)


14. Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.

15. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!"

16. Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.(Roma 8 : 14-16)

Minggu lalu di Gereja saya mendengar tentang pergumulan seorang jemaat yang dibuang oleh Ibu kandungnya. Ibu kandungnya membuangnya saat bayi, dengan menitipkannya kepada kerabat dekatnya dan tak mau mengakuinya sebagai anak. Tindakan Sang Ibu bukanlah karena ia tak sayang kepada bayi yang telah dilahirkan dari rahimnya sendiri, tapi justru karena cintanya. Ibu itu punya kepercayaan bahwa berdasarkan hitungan tanggal kelahiran, si anak memiliki weton (hari kelahiran) yang sama. Ibu itu percaya bahwa kalau dua orang yang wetonnya sama tinggal dalam satu rumah, salah satunya pasti akan mati. Karena cintanya pada anaknya, ia menitipkan anaknya ke kerabatnya, dan tidak berani memanggil bayinya sebagai anaknya. Sampai anak itu dewasa, dan telah tahu siapa sebenarnya ibu kandungnya, sang Ibu tetap tak berani mengakui anaknya sebagai anak kandungnya, karena takut anaknya celaka kalau dekat-dekat dengannya.

Banyak kepercayaan tradisional yang seperti itu kita temui di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Saya punya satu pengalaman tentangnya. Saya pernah dimarahi kakak dari Ibu mertua saat baru nikah dulu karena letak ranjang tidur kami  manjang rumah. Maksudnya posisi kami saat tidur, yaitu kaki menghadap pintu masuk rumah, seperti letak mayat di rumah duka. Kata Tante kami itu, kalau letak ranjang tak dirubah, maka kami akan celaka atau sakit-sakitan terus, bahkan bisa mati muda. Karena saya tak percaya dan tidak mau merubah arah ranjang, maka Tante yang sudah tua itu nekat berusaha mengangkat sendiri ranjang saya. Saya baru sadar betapa seriusnya ketakutan Tante kami itu terhadap tahayul itu. Maka untuk menghormatinya, maka saya akhirnya memindahkan ranjang kami agar tak manjang rumah, dengan diawasi oleh Tante itu yang tetap tak mau pulang sebelum melihat ranjang kami dirubah arahnya.

Ada lagi seorang teman saya, penatua di Gereja kami yang takut kalau berfoto berjumlah ganjil. Katanya yang di tengah akan mati atau sial. Saya ketawa juga dalam hati saat kami akan berfoto, tiba-tiba ia berteriak:"Stop...Stop...Kalau foto tak boleh ganjil jumlahnya, kasihan yang di tengah nanti kena sial." Seorang penatua di Gereja masih percaya pada tahayul seperti itu.

Sebenarnya seorang Kristen tak boleh percaya pada hal-hal seperti itu. Bukan masalahnya bahwa setan tak ada untuk menyerang kita, tapi saat kita sudah di dalam Kristus, maka semua kutuk atas kita sudah dipatahkan. Alkitab di Roma 8 : 14-16 menegaskan bahwa seorang yang telah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat mempunyai Roh Kudus di dalam dirinya, sehingga akan disebut anak-anak Allah. Kita sebagai orang Kristen mempunyai hak memanggil Allah sebagai Bapa kita, itu membuktikan betapa dekatnya hubungan kita dengan Allah. Allah selalu berada beserta kita, lalu bagaimana mungkin kita boleh takut terhadap kutuk atau serangan Iblis? Kita sekarang adalah anak-anak Allah, bagaimana mungkin kita masih bisa takut pada tahayul?

Saat Yesus datang ke dalam dunia, misi-Nya yang terpenting bukan hanya untuk mengajarkan kebaikan, tapi untuk menebus manusia dengan darah dan nyawa-Nya. Yesus telah mati untuk menanggung hukuman yang seharusnya untuk kita yang berdosa ini. Misi Yesus adalah untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa, kutuk dan maut. Ibrani 2 : 14-15 menyaksikan demikian :"Karena anak-anak (orang Kristen) itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut;
dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut" 

Yesus sudah mati di atas kayu salib, artinya misinya untuk memusnahkan kuasa Iblis sudah selesai. Kita tak punya alasan lagi untuk takut kepada kutuk dan  maut. Alkitab dalam Yohanes 19 : 30 menyaksikan bahwa saat Yesus di atas kayu salib dan tengah disiksa, Ia berkata demikian  : ".....Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.". Yesus yang disiksa oleh Prajurit Romawi, tak mungkin bisa mengakhiri sendiri siksaan atas dirinya sebelum Ia mati. Tapi Yesus berkata sudah selesai.  Lalu apa maksud-Nya yang sudah selesai?  Yesus  ingin menegaskan bahwa misi-Nya untuk menebus manusia dari segala dosa, kutuk dan maut sudah selesai. Misi Yesus untuk menggenapi seluruh nubuat di Alkitab sudah digenapi.

Yesus telah membayar lunas hutang dosa kita dengan darah dan nyawanya saat Ia disalibkan di Kalvari. Maka tak ada lagi maut dan kutuk atas kita. Semua kuasa maut dan kutuk telah dipatahkan oleh Yesus bagi kita. Kita tak akan lagi hidup dalam kutuk atau kesialan apa pun. Syaratnya cuma satu, yaitu kita harus mau menempatkan diri kita di dalam persekutuan dengan Tubuh Kristus Yesus. Caranya adalah kita mau mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan yang telah mati untuk menebus kita dari maut, dan percaya akan kuasa Tuhan Yesus Kristus atas maut. Maka hanya dengan perkataan :"Di dalam Nama Yesus" kita bisa menginjak-injak iblis, mematahkan segala macam kutuk dan kuasa maut, mengusir segala roh-roh jahat. Hanya dengan mendengar pengakuan diri kita, bahwa kita sudah berada di dalam Persekutuan dengan Yesus Kristus, sudah membuat Iblis gemetar. Maka tak heran bahwa dengan melafalkan :"Di dalam Nama Yesus" kita bisa menengking segala macam roh-roh jahat dan mematahkan segala kutuk.

Saya sangat prihatin dengan peristiwa yang terjadi pada Ibu yang tak mau mengakui anaknya sebagai darah dagingnya, seperti cerita di atas, yaitu hanya karena kepercayaannya pada cerita-cerita tahayul nenek moyang. Hidup kita di dunia ini cuma satu kali, masakan kita tak bisa menikmatinya hanya karena sebuah tahayul?  Sudah saatnya orang Kristen berani melawan segala tipu daya Iblis dengan menolak segala macam tahayul. Roh Allah yang ada pada kita lebih besar dari dunia ini, jadi tak ada perlunya lagi kita takut pada tahayul-tahayul omong kosong itu. 

Ingatlah bahwa Yesus sering berkata :"Jadilah kepadamu menurut imanmu." Kita sudah bebas dari kutuk dan maut, asalkan kita percaya Firman Tuhan. Kepercayaan pada tahayul justru membuat kita jatuh kembali kedalam kutuk itu. Kepercayaan-kepercayaan tahayul tak lain adalah tipu muslihat Iblis untuk memperbudak manusia.

Maka peganglah teguh firman Tuhan, dan selalu percaya kepada kuasa Tuhan. Maka hidup kita akan selalu menjadi hidup yang indah, yang bebas dari ketakutan, dan bebas dari kutuk dan maut....Hidup kita akan menjadi hidup yang selalu berkemenangan di dunia dan di akhirat...



Renungan Kristen
 

RENUNGAN KRISTEN. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com